Kasur 2x2 meter di kamar serasa hangat. Mas syaq dan kakak dya sedang asyik bermain roket pakai bantal guling. Ibunya anak2 dipojok sedang menyusui adik sofi yg sesekali menangis karena tidak pas mulutnya dgn sumber ASI. Sesekali adik dya merengek ke saya pengen bermain barney. Lalu diselingi jeritan mas syaq yang dicubit (cubitan sayang) adik dya. Lalu ibunya anak2 akan menimpali dengan menghardik adik dya ( tentunya hardikan sayang pula). Saya sendiri sibuk online sambil menulis tulisan ini. Semuanya terjadi di kasur 2x2 meter itu. Hanya kami berlima dalam rumah kami yg sederhana. Sungguhpun demikian, saya merasa rumah ini sekarang begitu semarak.
10 bulan sebelumnya, tidak terbayangkan oleh saya untuk memiliki anak ke-3. Dengan perhitungan rasional (kalau bapak saya menyebutnya matematika dunia), 2 anak adalah pas. Apalagi si sulung anak yang berani yang siap melindungi dan membela ibunya. Kemudian si adik adalah putri yang cantik yang siap menghibur bapaknya yang capek sepulang dari kantor. Saya sangat bersyukur dengan karunia ini. Bersama ibunya anak2, saya merancang masa depan kami dengan selalu berpegang pada 2 anak cukup (demikian jargon KB tahun 80an yang sering saya dengar di radio). Rancangan masa depan ini kami susun begitu rupa sehingga seolah untuk kami saat itu semua persiapan sudah matang. Kami khilaf, kalau ada matematika dunia, tentu ada matematika langit (kata bapak saya juga).
Di awal 2011, ibunya anak2 melaporkan kondisinya. Saya minta cek dan recek sekali lagi. Sampai dengan akhirnya bu dokter menyatakan bahwa ibunya anak2 hamil. Semua bangunan masa depan yang kami susun seolah roboh seketika. Senang, khawatir, panik, dan berbagai perasaan lainnya berkecamuk. Tidak hanya monopoli saya, demikian pula dengan ibunya anak2. Beberapa rencana kami, akhirnya harus berubah. Butuh berminggu2 bagi saya untuk bisa dengan ikhlas menerima amanah ini.
Rupanya, untuk menghadapi hidup di dunia, ilmu matematika langit sangat ampuh. Kuncinya pun sebenarnya sederhana. Persamaan matematika langit penuh dengan variabel-variabel dinamis berupa amal kebajikan, doa orang tua, bekerja
Ikhlas, membantu teman, berbuat curang, khilaf, tidak amanah, dsb. Namun terdapat sebuah variabel utama yang dapat mem-veto variabel-variabel lainnya sehingga hasil dari persamaan ini seringkali ditentukan hanya semata karena variabel utama ini. Variabel utama ini sesungguhnya adalah "kersaning Gusti". Tidak banyak yang dapat saya lakukan untuk mempengaruhi nilai variabel utama ini, selain bahwa saya berkeyakinan seyakin yakinnya bahwa variabel utama ini akan memberikan yang terbaik untuk kita.
Anak2ku, sesunggunya kalian adalah hasil dari persamaan-persamaan matematika langit yang diujikan ke bapakmu, dan kalian adalah jawabannya. Jawaban yang pastinya adalah yang terbaik karena sang variabel utama telah turut berperan. Maafkan bapakmu ini yang masih bodoh. Jadilah anak-anak yang soleh dan solekhah, jaga lah nama bapak ibumu, kalahkan dunia, menangkan akhirat untuk kami. Jadilah 3 anak ruarrr biasa!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment