Capres boleh beda tapi presidennya sama
Siapa capresmu? Hampir setiap orang Indonesia punya jagoannya. Tapi setelah KPU mengumumkan pemenangnya nanti maka presidenya pasti sama. Jadi mengapa kita harus saling menjelek-jelekkan satu dgn yg lainnya?Dari pernyataan (atau pertanyaan?) tersebut, maka kuncinya adalah dalam proses memilih bakal calon (BALON) capres, bukan di pemilunya.
Menurut saya pemilihan balon yg hanya 2 ini memang sudah dirancang "sang masterminds" (iya pakai s, karena ada banyak). Kalau capresnya lebih dari 2 maka hampir bisa dipastikan JKW menang, ndak seru. Tapi karena capresnya hanya 2, maka yg terjadi seperti sekarang ini. Polarisasinya sangat besar, satu sama lain pendukungnya saling menjelekkan. Ngeri saya kalo ber suudzon dengan yg terjadi setelah tgl 9 juli. Kalo yg no 1 kalah mungkin agak tenang karena memang dari awal elektabiltas no. 1 dalam posisi mengejar. Kalo kalah yah wajar, yg penting sudah usaha. Kalo no 2 kalah, ini yg seru karena pendukungnya akan sulit untuk menerima jagoannya disalip. Isu yg paling potensial : ada kecurangan, incumbent tidak netral dsb.
Saya punya teori, namanya sindrom iphone/android. Dalam lingkungan pergaulan saya, kayaknya hampir semua orang pakai iphone/android (maklum saya kerja di operator telpon). Disamping iklan dan buzz nya di social media begitu luar biasa. Sehingga hampir saja saya menganggap mayoritas orang indonesia pakai iphone/android. Pas di cek ke data, ternyata pemain lama (nokia) masih memegang market share tertinggi. Bisa jadi syndrom ini menghinggapi kita untuk pilpres kali ini.
Untuk itu telitilah dengan seksama capres jagoannya. Seperti pepatah bilang : Tidak ada asap kalo ndak ada api. Kalo ada kampanye negatif tentang calonnya coba jgn sewot dulu, tapi cari infonya. Baca berita jgn dari judulnya saja. Dari dulu saya tidak percaya media massa, saya pernah merasakan tajamnya pena wartawan yg suka memainkan "angle" berita seenaknya sendiri biar maknyus tanpa memikirkan si obyek berita. Muga2 masyarakat kita cukup dewasa sehingga polarisasi yg ada saat ini hanya " lucu2an" saja untuk menyemarakkan "pesta" demokrasi. Mahal memang, tapi itu syarat biar negara kita dianggap demokratis oleh yg lain.
Selamat memilih. Kalo saya sudah terlambat.
No comments:
Post a Comment