Friday, July 17, 2015
Fitri Yang Sendiri
Lebaran kali ini, 17 Juli 2015, harus saya rasakan sendiri dirantau orang. Berbagi sih dengan keluarga tetapi hanya lewat telpon atau Skype. Ironisnya kesendirian ini supaya layanan Skype Dan telepon bisa dimanfaatkan oleh 13.8 juta pelanggan di sulawesi.
PR saya salah satunya adalah bagaimana menanamkan Norma Dan tradisi ke anak2 bahwasanya di setiap lebaran mereka harus sungkem ke orang tua, sementara untuk tahun ini saya tidak bisa memberikan contoh.
Tradisi sungkem Dan mudik ini juga merupakan. Salah satunya penggerak ekonomi Dan pemerataan. Pada waktu2 tersebut, triliunan rupiah bergerak dari pusat2 perekonomian menuju berbagai wilayah di tanah air. Pertukaran budaya pun terjadi diantara para pemudik. Mirip seperti perjalanan tahunan yang dilakukan ikan salmon di daerah amerika utara. Perjalanan untuk meneruskan tradisi ke generasi berikutnya
Tradisi sungkem Dan mudik telah lama ada di masyarakat kita. Namun saya khawatir semakin kedepan tradisi ini akan makin meluntur. Sejawat saya yg ada di Jakarta misalnya, kini jauh lebih pragmatis. Daripada bercapek2 macet di pantura, maka dia lebih memilih bersilaturahim dgn telp (ya sms, messenger, voice call, dll). Akhirnya anak sejawat kita ini tidak merasakan romantisme pulang ke kampung. Sejatinya meneruskan tradisi adalah dengan memberikan contoh langsung pada generasi setelah kita.
Jadi menurut saya, salah satunya hal yg harus dilakukan untuk melanggengkan tradisi sungkem Dan mudik ini dapat dimulai dengan menyediakan sarana Dan prasarana transportasi antar kota/pulau yang memadai.
Sementara hal tersebut dibenahi oleh para pemangku keputusan, perkenankan saya Dan sejawat saya di Telkomsel menghadirkan solusi sungkem Dan mudik jarak jauh. Sehingga fitri tak perlu sendiri :) kodong mi.
Subscribe to:
Posts (Atom)